Tujuh
hari menjelang 1 Januari 2022. Seorang wanita berkata pada temannya “Tahun 2022
aku harus pintar” ungkapnya dengan nada resah dan raut sedikit kecewa. “Ya. Harus Pintar! 1 Januari harus dimulai.” jawab temannya dengan nada tegas dan seolah memang paham makna pintar yang dimaksud.
Akhir
tahunnya memang berbeda kali ini. Mungkin dia sudah cukup dibersamai
kebahagiaan dan syukur di awal dan pertengahan tahun. Dia hanya perlu belajar
dan melangkah maju. Dia sudah sangat berani mengambil keputusan untuk memulai
obrolan waktu itu. Obrolan yang akhirnya membuat ia memutuskan harus pintar.
Pintar yang belum pernah ia dapat pelajaran sebelumnya. Karena memang poinnya
berbeda.
Katanya
tujuh hari waktu yang cukup untuk berhenti sejenak, kilas balik, reka ulang,
dan istirahat lagi agar pikiran dan perasaannya tidak makin rumit dan kacau.
Banyak
list yang ia buat, walaupun hampir setengahnya dicoret lagi. Banyak ragunya
memang. Karena yang ditulis tentang perasaan. “Ntahlah” katanya sambil
melepaskan nafas panjang.
Memang
ada beberapa hal yang hampir sama harus dimulai lagi. Berani setting our own boundaries yang
sebelumnya cuma teori. Selain kesehatan fisik, mental juga jadi poin utama. Banyak
minum air putih katanya, minimal 2 liter, dijaga!. Atau perbanyak baca buku dan
nulis biar memori dan kosa katanya terjaga. Rutin olahraga sekalian nambah
teman cerita. Cari hobi baru, dengan belajar bahasa baru misalnya, painting, sewing dan memasak mungkin. Atau...menata ulang perasaan yang sudah dipatahkan (lagi).
Apapun
makna “pintar” yang dia maksud. Semoga resolusi di tahun 2022-nya terwujud.
Filled with joy, love, blessings, and kindness to ourselves and others. 💫