FILOSOFI TERAS
Written By Henry Manampiring
Ini
buku kedua yang menurutku perlu dibagikan sedikit isinya di halaman ini. Menarik!
dan di fase kehidupan sekarang ini rasanya banyak yang bisa “diamalkan”
dari buku ini. Masih buku berjenis self
improvement untuk meng-upgrade
kesehatan mental. Salah satu tergetnya ya kita-kita yang sedang menghadapi
kekhawatiran dan beragam komentar di Quarter
Life Crisis (mungkin).
Tidak jarang orang-orang di lingkungan kita atau bahkan kita sendiri merasa pesimis, tidak percaya diri, dan mudah negative thinking. Sering mengkhawatirkan banyak hal, mulai dari yang penting sampai yang simpel. Lebih sering memikirkan hal buruk yang akan terjadi lebih dulu. Overthinking. Kadang ada yang mengingatkan “ Fositif Thinking aja dulu…” dan masalahnya, itu menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Dampaknya menyebabkan tidak adanya kedamaian dan ketenangan.
Nah...buku "Filosfi Teras"
ini mengajarkan untuk berdamai dan membangun pikiran yang baik dalam menjalani hidup, tanpa
harus merubah sifat seseorang.
"Some things are up to us, some
things are not up to us"
- Epictetus -
"Ada hal-hal dibawah kendali kita, ada hal-hal yang
tidak dibawah kendali kita."
Itu adalah salah satu kutipan teks di buku ini. Ini disebut dikotomi kendali. Hal-hal yang dimaksud dalam kutipan tersebut yaitu ada hal yang:
1. TIDAK di
bawah kendali kita: seperti tindakan orang lain, opini orang lain, reputasi/popularitas
kita, kesehatan kita, kekayaan kita, kondisi saat kita lahir, segala sesuatu
diluar pikiran dan tindakan kita.
2. DI BAWAH kendali
kita: Pertimbangan (judgment), opini, atau persepsi kita. Keinginan kita.
Tujuan kita. Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita.
Intinya yang seharusnya menjadi fokusmu adalah hal-hal yang di bawah kendalimu. sedangkan yang bukan kendali kita, tidak seharusnya membuat pikiran kita tidak tenang. Kebahagiaan datang apabila kita menggantungkan kebahagiaan tersebut kepada hal-hal yang berada di bawah kendali kita. Sebaliknya, ketidakbahagiaan datang apabila kita menggantungkan kebahagiaan kepada hal-hal yang berada diluar kendali kita, itu bersifat rasional. Bagaimana kita memperoleh kebahagiaan yang sepenuhnya tidak berada dibawah kendali kita? Seperti lanjutan dari Epictetus:
"Hal-hal yang ada dibawah kendali kita bersifat
merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak dibawah
kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat, dan milik orang lain.
Karenanya, ingatlah, jika kamu menganggap hal-hal yang bagaikan budak sebagai
bebas, dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu
sendiri...maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan dewa dan manusia." Dalam
bahasa gampangnya, siap-siap kecewa kalau kita terlalu berharap pada hal-hal
diluar kendali kita. Seperti berharap kepada manusia.
Mungkin kita berfikir,
kenapa popularitas, kekayaan, dan kesehatan kita tidak berada dibawah kendali kita?
Padahal itu berada dibawah kendali kita. Disini, muncullah yang namanya Trikotomi
kendali. Dimana, yang ketiganya yaitu:
3. Hal-hal yang
bisa SEBAGIAN kita kendalikan, dengan memisahkan tujuan dalam
diri (internal goal) dari hasil eksternal (outcome-nya).
Contohnya kesehatan. Kita berolahraga yang cukup, tidur yang cukup, makan makanan yang sehat, tidak merokok maupun mabuk-mabukkan. Itu semua berada dibawah kendali kita (internal goal). Namun, suatu hari kita didiagnosa menderita kanker, atau terinfeksi dengan kuman atau virus saat liburan, atau kecelakaan saat pulang menuju rumah, semua itu berada diluar kendali kita (outcome).
Contoh lainnya seperti percintaan. Kita memberikan perhatian yang cukup, kasih sayang dari kita, dan kesetiaan kita kepada dia (internal goal). Namun, perasaan dan kesetiaan pasangan tidak bisa kita kendalikan (outcome).
Disaat kita mengerjakan hal-hal dibawah kendali kita (internal goal) dengan baik, maka peluang kita mendapatkan outcome yang kita inginkan akan berpeluang besar. Seperti bekerja keras, belajar sungguh-sungguh, berlatih dengan tekun, menyayangi dan mencintai pasangan dengan sepenuh hati, pasti akan mendekatkan seseorang pada hal yang ingin ia capai. Menyadari bahwa outcome terakhir berada dibawah kendali kita, maka disaat mengalami kegagalan kita tidak perlu sedih dan galau begitu lama, karena kita sudah melakukan yang terbaik untuk internal goal kita.
Melalui buku "Filosofi
Teras", untuk mencapai kebahagiaan itu kita bisa memilih mana yang berada
dibawah kendali kita (up to us) dan yang tidak berada dibawah kendali
kita (not up to us). Tidak semua hal kejadian sepenuhnya berada di luar kendali
kita. Ada beberapa yang sebagian berada dibawah kendali kita dengan memisahkan
tujuan dalam diri (internal goal) dari hasil eksternal (outcome),
seperti kekayaan dan kesehatan kita. Apabila kita melakukan internal
goal dengan baik, maka peluang kita untuk mencapai outcome yang
kita inginkan semakin besar. Namun, apabila outcome yang kita
inginkan mengalami kegagalan, kita tidak perlu terlarut dalam kesedihan dan
kegalauan yang begitu lama, karena kita sudah melakukan yang terbaik
untuk internal goal kita.
Kemudian kekhawatiran adalah sesuatu
yang harusnya dikurangi, karena banyak menghabiskan “biaya” untuk membayar
kekhawatiran itu, yaitu:
1.
Menghabiskan energi pikiran. Berpikir,
termasuk merasa khawatir berlebihan menghabiskan banyak energi. Lebih baik
energi dipakai untuk sesuatu yang lebih produktif.
2. Menghabiskan waktu dan juga uang. Saat kita khawatir soal studi, orang tua, cinta, keuangan, atau sosial politik negara tanpa menghasilkan solusi, kita sudah membuang waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih berguna. Contoh: ditinggalkan pasangan, galau, dan memilih solusi dengan makan makanan lebih banyak dari biasanya untuk mengobati kegalauan, menangis sepanjang malam, atau pergi liburan untuk lari dari kesedihan. Bukankah menghabiskan uang yang seharusnya bisa lebih dinikmati dengan hati yang lebih tenang.
3.
Mengganggu kesehatan tubuh.
Karena pikiran dan kesehatan tubuh memiliki hubungan dua arah yang saling
mempengaruhi.
Berikut beberapa kutipan dari buku ini
yang tidak dapat diuraikan lebih rinci. Karena tentu tulisan di halaman ini
tidak dapat merangkum seluruh pesan dari 312 halaman buku filosofi teras.
“Bahagia adalah saat kita tidak
terganggu. Kalo stress, coba kenali sumber stresnya. Kalau kita merasa sedang berada
dalam sebuah keadaan, kenali kenapa. Kalau kita bisa mengenali sumbernya, maka
kita bisa melawannya.”
“Tujuan utama dari Filosofi Teras adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali dan hidup dengan kebajikan atau bagaimana kita
hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia.”
“Percuma kalau kita menjadi bijak dan tau segala hal, tetapi memutus hubungan dengan sesamanya. Sebaliknya, percuma juga kita aktif secara sosial, tetapi tidak menggunakan nalar, dan bahkan sampai dikuasai emosi negative, seperti marah, dengki, dan iri hati.”
“Menyesali hal-hal yang ada di luar kendali kita adalah kesia-siaan. Kebahagiaan datang dari things we can control dan menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah tidak rasional.”
“Selalu ada bagian di dalam diri kita
yang tetap merdeka, yaitu pikiran dan persepsi.”
“Kita tidak bisa memilih situasi kita,
tetapi kita selalu bisa menentukan sikap atas situasi yang sedang dialami”
“Saya selalu kagum. Kita yang selalu
lebih mencintai diri sendiri daripada orang lain, justru lebih peduli pada
pendapat orang lain daripada pendapat diri sendiri. Jika Dewa meminta seseorang
untuk selalu mengucapkan apa yang terlintas dipikirannya, maka orang itu tidak
akan mampu bertahan sehari saja. Begitulah besarnya kepedulian kita kan
pendapat orang lain disbanding pendapat kita sendiri.”
“Saat kita terus menerus ingin
menyenangkan orang lain, ingin memenuhi ekspektasi orang lain, mendapatkan approval orang lain, meraih
sebanyak-banyaknya likes dan views, tanpa sadar kita sudah diperbudak
oleh pendapat orang lain.”
“Jika pendapat orang lain di luar
kendali kita, artinya, pertama, tidak aka nada habisnya untuk diikuti, dan
kedua, bisa berubah sesuai si pemilik pendapat.”
“Kemalasanlah yang akan membawa
kesusahan dan bukanlah jerih payah itu sendiri. Sesungguhnya kerajinan, kerja
keras, dan berkarya sudah menjadi panggilan kita.”
“Langkah menghadapi emosi negative S-T-A-R (Stop, Think & Assess, Respond).”
“Jagalah senantiasa persepsimu, karena
ia bukan hal yang sepele, tetapi merupakan kehormatan, kepercayaan,
ketekunan, kedamaian, kebebasan dari
kesakitan dan ketakutan dengan kata lain kemerdekaanmu.”
-Semoga bermanfaat😉-
Saya suka tulisan nya.bisa membuat saya berdamai pada diri sendiri.
BalasHapusTerimakasih kak🥰. Semangat terus!!
BalasHapus