The Art of Loving
Erich Fromm
Buku
“The Art of Loving” ini pertama kali terbit pada tahun 1956 ditulis oleh
penulis psikoanalisa dan filsuf sosial Erich Fromm. Cinta merupakan hal yang bisa
kita temukan dimana-mana. Baik dalam cerita, film, atau drama korea terpopuler.
Cinta telah menjadi salah satu topik yang paling disenangi oleh banyak orang. Walaupun
begitu cinta tetap menjadi hal yang misterius. Apakah cinta hanya sebuah reaksi
kimia di dalam otak? Ataukah sesuatu yang penuh keajaiban, seperti dalam
film-film Disney?
Dalam
rangkuman buku ini, kita akan membahas banyak mengenai cinta berdasarkan
eksplorasi dari sang penulis, Erich Fromm. Kita akan mengetahui lebih dalam
tentang berbagai jenis cinta, dan bagaimana cara memaksimalkan kemampuan kita
dalam mencintai. Menarik kan? Kalau setelah membaca rangkuman ini defenisi
cintamu berubah silahkan share di kolom komentar ya.
Bagian 1.
Cinta
adalah Seni, tapi tidak semua orang bisa melihat itu. Apa itu cinta? Apakah
cinta merupakan suatu hal yang ingin kamu rasakan? Atau apakah cinta adalah semua
yang kita butuhkan dalam hidup? mungkin kedua hal itu adalah benar. Namun sesungguhnya
cinta lebih dari sekedar gairah dan takdir. Seperti halnya menguasai seni, cinta
juga harus dipelajari. Namun banyak dari kita yang menyerah untuk mempelajari
cinta. Mungkin karena kita merasa bahwa cinta adalah hal yang rumit. Terutama jika
kita yang menerimanya. Ketika hubungan kita berakhir, kita sering kali
berasumsi bahwa kita memang tidak layak untuk dicintai. Hal ini terjadi karena
kita hidup di tengah masyarakat yang mengembangkan budaya konsumsi, dan
menjadikan cinta seperti sebuah komoditas yang bisa ditukarkan di pasar. Pada akhirnya
kita memperlakukan cinta dengan pola pikir pasar. Ketika dua orang saling jatuh
cinta mereka merasa telah menemukan objek terbaik di pasaran yang sepadan untuk
ditukarkan dengan apa yang mereka punya.
Kemudian
kita juga sering kali bingung dengan posisi kita dalam mencintai seseorang. Apakah
kita sedang berada pada tahap jatuh cinta? atau ditahap mencintai. Setelah kita
jatuh cinta ada sebuah fase dimana kita merasa sebuah keintiman secara
tiba-tiba, dan itu adalah hasil dari ketertarikan seksual. Ketika hal itu pergi
maka kita juga merasa bahwa cinta kita telah pudar. Konsep yang salah mengenai
cinta ini harus kita lupakan. Kita mulai bisa melakukannya dengan mengubah
persfektif kita dalam cinta. Pelajarilah cinta seperti kita belajar melukis
atau bermain piano. Sebelum praktik kita harus tau dulu teorinya.
Bagian 2.
Mengenai
teori cinta dan bagaimana menyalurkan teori itu dalam aksi yang nyata. Cinta merupakan
sebuah aksi pemberian, bisa besyarat atau tak bersyarat. Cinta merupakan hal
yang bersifat universal. Dalam sebuah hubungan percintaan dua orang menjadi
satu, namun di sisi lain juga bisa tetap bebas dan mandiri. Hal ini dikarenakan
mereka saling setuju untuk memberikan cinta. Cinta sama dengan memberikan dan ada
4 elemen yang menjadi kuncinya: yaitu kepedulian, tanggung jawab, rasa hormat,
dan pengetahuan. Dengan memenuhi ke-empat elemen ini cinta akan menjadi aktif. Elemen
yang pertama yaitu kepedulian, dapat dilihat dalam rasa sayang seorang ibu kepada
anaknya, yang membuat dia selalu berusaha menjaga kesejahteraannya. Elemen
kedua yaitu tanggung jawab, dapat dilihat sebagai bentuk perhatian seseorang terhadap
kebutuhan-kebutuhannya, baik fisik maupun emosional. Kemudian elemen yang
ketiga yaitu rasa hormat, dapat kita tunjukkan dengan cara menerima orang yang
kita cintai apa adanya dan tidak berusaha merubah mereka menjadi seperti yang
kita inginkan. Elemen yang terakhir yaitu pengetahuan, berarti mengetahui
kondisi emosional orang yang kita cintai, seperti ketika mereka marah, takut,
atau bahagia.
Setelah
mengetahui keempat elemen itu kita bisa melihat lebih dalam lagi mengenai cinta
bersyarat dan tak bersyarat. Cinta seorang ibu contohnya, adalah cinta yang tak
bersyarat. Seorang Ibu akan mencintai anaknya hanya karena ia adalah anaknya. Sejak
sang anak hidup maka sang Ibu sudah mencintainya. Sedangkan cinta yang bersyarat,
sayangnya hanya bisa diterima jika sang pemberi merasa bahwa yang ia cintai
pantas untuk mendapatkannya.
Bagian 3.
Macam-macam cinta. Selain
cinta Ibu atau cinta Ayah masih ada jenis cinta lainnya, yaitu cinta
persaudaraan. Cinta persaudaraan menjadi pondasi bagi jenis-jenis cinta
lainnya. Cinta persaudaraan adalah macam cinta yang membuat kita mempraktikkan
ke-empat elemen cinta yang ada. Cinta persaudaraan membuat kita merasakan
empati kepada manusia lain, dan cinta ini menjadi nilai penting dalam agama
apapun. Namun cinta persaudaraan berbeda dengan cinta tak bersyarat seperti Ibu
dan Anak, dalam cinta persaudaraan semua orang memiliki tanggung jawab yang
sama dalam mencintai karena cinta ini bersifat universal. Kemudian ada cinta
erotis, cinta ini bersifat eksklusif dan tidak universal karena awalnya dua
orang yang terpisah kemudia menjadi satu. Selanjutnya cinta kepada diri sendiri
yang kita kenal dengan self love. Ini adalah cinta yang dirasakan
seseorang kepada integritas pribadi dan keunikannya. Kita dapat memaksimalkan
cinta kepada diri sendiri dengan memperhatikan kebahagiaan dan kebutuhan kita
sendiri. Bagaimanapun cinta kepada diri sendiri berbeda dengan rasa egois. Rasa
egois didasari dengan adanya isolasi, dan ketika mempraktikkannya kita tidak
menerapkan jenis cinta lainnya selain kepada diri sendiri. Kemudian cinta kepada
Tuhan, cinta ini muncul ketika manusia ingin menemukan arti kehidupan serta
untuk menjalin sebuah hubungan spiritual dengan sosok yang maha mengetahui dan
maha besar.
Bagian 4.
Prinsip dasar dalam
mencintai.
1. Kedisiplinan. Sama seperti mempelajari
seni, mempelajari cinta juga membutuhkan kedisiplinan. Salah satunya dengan
cara mencari aktivitas agar berkembang seperti membaca dan olahraga, serta
tidak lari dari kenyataan. Mengurangi nonton film dan cerita fiksi.
2. Konsentrasi. Konsentrasi adalah hal yang sangat
penting dalam mempelajari hal baru. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan mencari
kenyamanan dari kesendirian. Memiliki waktu fokus pada diri sendiri dan
memahami kebutuhan dan kebahagiannya.
3. Kesabaran. Cobalah untuk lebih santai dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan apapun dalam hidup.
"Cinta bukanlah hal yang kita tunggu untuk selalu kita terima, tetapi kita juga harus memberikannya." Penting untuk memahami jenis cinta dan waspada pada pengaruh modern terhadap cinta.